Hampir
setiap hari kita mendengar di media maupun TV yang memberitakan terkait
kasus seks bebas di kalangan pelajar atau remaja. Bahkan kasus seks
bebas di kalangan remaja ini sering kali diangkat menjadi topik-topik
diskusi, seminar, skripsi, lokakarya, dst. Ironisnya kenapa masalah ini
tak kunjung usai? Bahkan di beberapa perkotaan semakin menjadi-jadi. Mau
dibawa kemana masa depan remaja kita?
Masa remaja kerapkali dibilang sebagai masa yang paling indah dan sekaligus penuh dilematika. Banyak orang bilang masa remaja itu masa-masa indah untuk pacaran. Alias bercinta-cintaan, walaupun hanya sebatas cinta monyet. Masa remaja adalah masa dimana seseorang mulai pubertas. Hal itu ditandai dengan beberapa ciri umum. Pada remaja putra bianya akan mengalami yang namanya mimpi basah. Kemudian disusul tumbuhnya kumis, tumbuhnya jakun, dada membidang, dan tumbuhnya bulu-bulu. Sementara pada remaja putri biasanya ditandai dengan munculnya menstruasi. Kemudian disusul pertumbuhan pesat pada bagian-bagian tubuh lainnya yang merupakan ciri khas kewanitaan.
Selain
itu ada pula tanda-tanda pubertas pada remaja secara kejiwaan atau
psikologis. Perkembangan secara psikologis ditandai dengan munculnya
rasa ketertarikan pada lawan jenis. Para remaja mengenalnya dengan
kasmaran atau jatuh cinta. Dan munculnya rasa ketertarikan pada lawan
jenis itu lebih karena didorong oleh mulai matangnya alat-alat kelamin
sekunder. Alias nafsu atau hasrat seksual yang mulai tumbuh
menggebu-gebu. Sementara itu secara kejiwaan pada masa pubertas remaja
akan mengalami kelabilan ataupun ke-galau-an. Ini yang perlu diwaspadai
bersama.
Menurut para ahli, kematangan alat kelamin sekunder pada remaja laki-laki biasanya terjadi antara usia 13 – 15 tahun. Sedang pada perempuan terjadi pada usia antara 12 – 14 tahun. Bahkan kini seiring kemajuan zaman masa puber tersebut semakin cepat terjadi. Mungkin saja karena pengaruh makanan-makanan modern yang turut memicunya. Seperti halnya kata seorang pakar masalah seks, Dr. H Boyke Dian Nugraha SpOG MARS. Dr. Boyke mengatakan bahwa “cinta dan seks merupakan salah satu problem terbesar dari remaja manapun di dunia ini. Tak jarang masa depan mereka yang penuh harapan itu hancur berantakan karena masalah cinta dan seks. Inilah titik rawan masa remaja”.
Apa
yang dikutip dari pendapat Dr. Boyke itu memang relevan dengan berbagai
kasus yang dialami para remaja Indonesia sekarang ini. Bahkan berdasar
pengamatan di lapangan sekarang ini banyak anak pra-remaja (usia Sekolah
Dasar) yang sudah mulai mengenal yang namanya cinta. Walaupun pada
kenyataannya mereka belum paham apa itu cinta yang sesungguhnya. Mereka
hanyalah korban dari keadaan (termasuk tayangan TV) yang memaksa mereka
untuk mengetahui dan mencoba sesuatu yang semestinya belum mereka
lakukan. Apa akibatnya? Banyak anak-anak pra-remaja yang kini telah
mencoba ataupun menjadi korban yang namanya “seks”. Ironis sekali
memang.
Pacaran
atau dalam Islam dikenal ta’aruf sesungguhnya merupakan hal yang wajar
dan baik bagi upaya pengembangan kematangan emosional remaja. Asalkan
pacarannya diisi dengan hal-hal yang positif dan tidak melanggar ajaran
agama serta nilai norma yang ada. Pacaran itu wajib mematuhi rambu-rambu
yang ada, jangan berlebih-lebihan. Dan jangan sampai kebablasan
menjurus kearah melakukan hubungan seks. Memang terkadang begitu berat
godaan yang menghampiri. Kekuatan iman dan hati nurani sebaiknya selalu
menjadi pertimbangan atau benteng para remaja.
Bagi para remaja harus terus disadarkan, ungkapan cinta atau kasih sayang tidak seharusnya diwujudkan dalam bentuk aktivitas seksual yang bersifat destruktif. Remaja Indonesia harus berani mengatakan TIDAK manakala kekasihnya meminta melakukan aktivitas pacaran yang melanggar ajaran agama maupun nilai norma dalam masyarakat. Termasuk hubungan seks ataupun hal-hal yang mengarah kepada aktivitas seksual lainnya. Kepada para remaja, cinta adalah ketulusan juga kasih sayang yang sifatnya konstruktif atau membangun atau membaikkan. Bukan penyaluran hawa nafsu seksual yang justru akan merusak dan menodai kesucian cinta itu sendiri.
Ingat,
masa remaja hanya datang satu kali dalam seumur hidup kita. Itu artinya
sekali Anda (para remaja) terjerumus pada jalan yang salah, maka seumur
hidup penyesalan yang akan dirasakan. Masa remaja, masa mengenal cinta.
Maka belajarlah mengenal cinta yang konstruktif. Jika pacaran, jauhi
yang namanya hubungan seks. Lakukan aktivitas yang positif, semisal
merancang cita-cita bersama, belajar kelompok bersama, saling
mengingatkan dalam kebaikan, berlomba meraih prestasi, dan aktivitas
positif lainnya. Jadilah remaja Indonesia yang smart, pandai memilah
antara yang salah dan yang benar. Remaja Indonesia mari gelorakan
semangat: Say yes to “LOVE”, say NO to “seks” !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar